aksara Hero Background

View "Aksara"

Dia bukan manusia, dia adalah lukisan dengan jiwa.

aksara Image
Imron Ma'ruf Fajaruddin
Aksara
Feb 22, 2025

Dia hadir di ruang hampa, seperti cahaya pertama yang menyentuh kegelapan, mencipta bayang-bayang harapan. Bukan sekadar tubuh yang berbicara dalam bahasa daging dan tulang, melainkan sebuah mahakarya yang lahir dari palet sang semesta.

Seperti lukisan yang tak pernah selesai, setiap geriknya adalah garis yang menari, setiap tatapnya, adalah warna yang meledak tanpa henti, dan setiap lekuk wajahnya adalah pahatan termahal dari sebuah keabadian.

Dia adalah seni yang terlahir dari rahim semesta.

Seperti kanvas kosong yang disentuh oleh pelangi, ia hadir mematahkan keterbatasan warna dunia. Wajahnya bukan sekadar wajah-ia adalah langit senja yang merona, memeluk cakrawala dengan warna yang tak pernah habis dikisahkan oleh setiap tarikan napas alam. Seolah-olah Tuhan sengaja membuatnya tak terjangkau, agar keindahannya hanya bisa dipuja, tidak pernah dimiliki.

Dia bukan manusia, dia adalah harmoni.

Suaranya adalah kidung alam yang ditiupkan angin, melintasi lembah-lembah kalbu dengan kelembutan yang membekas. Langkahnya adalah tarian dedaunan yang jatuh, ringan namun meninggalkan jejak. Dia adalah bintang yang jatuh tanpa suara, menggurat langit dengan guratan, lalu menghilang tanpa pamrih.

Ia adalah rahasia semesta yang disimpan di antara kelopak mawar, menunggu untuk ditemukan oleh tangan yang penuh kesabaran.

Dia adalah madu dalam guci yang retak; manisnya mengalir, meski terus-terusan terluka.

Bagaimana mungkin dunia menyembunyikan keindahan sekompleks ini di balik kesederhanaan tubuh?

Ia adalah ombak kecil yang mencium pasir, meninggalkan jejak halus di hatimu tanpa pernah menyakitinya. Jika manusia adalah narasi yang gamblang, dia adalah sajak samar yang hanya bisa dipahami oleh jiwa yang peka. Senyumnya adalah matahari yang muncul di balik kabut, memanaskan jiwa tanpa perlu membakar.

Dan jiwanya? Jiwanya adalah riak air yang menggoda bulan, menarik perhatian tanpa memohon, menenangkan tanpa memaksa.

Jiwanya adalah suara yang tak tertulis, yang hanya dapat didengarkan oleh mereka yang berani diam. Dia adalah angin lembut yang menyisir rambutku, ia adalah hujan yang turun diam-diam di tengah malam, menyembunyikan tangisku dengan gemericiknya.

Dia adalah purnama yang menggantung di malam gelap, bukan untuk menyombongkan terangnya, tetapi untuk menunjukkan bahwa keindahan bisa lahir dari kegelapan. Namun, ia juga bukan mimpi, tetapi jeda antara kenyataan dan angan, mengajarkanmu bahwa tak semua hal butuh nama untuk menjadi nyata.

Di mataku, dia adalah segalanya yang membuatku percaya, bahwa hidup ini adalah sebuah puisi panjang yang terus mengisahkan keajaiban. Terjaga selalu senyummu, wahai manusia yang kutemukan tanpa rasa sesal.


Source : Image

Comments (1)

Anonymous

Buat siapa sih?