On December | Di antara banyaknya rasa, kamu yang luar biasa
Andai, syukur bisa dijahit menjadi kain, aku akan membungkusmu dengan kelembutan yang tak sanggup ditimbang waktu. Kamu, adalah benang-benang halus yang dijalin langsung oleh semesta, seolah Tuhan tengah bersenandung pelan saat menciptakanmu-penuh sabar, penuh kasih, tak terburu.
Jika syukur adalah doa, maka kamu adalah amin yang paling aku bisikkan, pelan, takut-takut, tapi sepenuh hati.
Seperti bunga yang mekar tanpa sorot matahari, kamu tumbuh dalam kalbuku-tenang, tanpa gaduh, tanpa riuh. Sejak semesta menitipkanmu padaku, rasanya langit lebih lembut, hujan tak lagi terdengar murung. Seakan kamu, mengajarkanku bahwa genangan pun bisa menjadi tenpat berteduh jika bersama sang peluluh.
Aku pernah mencicipi banyak rasa dalam hidup, manis yang datang dari pencapaian, pahit dari pengkhianatan, asin dari air mata yang tak sempat tersampaikan, asam dari rindu yang terlalu lama ditunda. Tapi kamu, kamu adalah rasa yang tak terdaftar di lidah dunia, kamu adalah gabungan antara pelukan senja dan napas pertama pagi rasa yang membuat dada tidak hanya terasa penuh, tapi hidup.
Di antara rasa-rasa yang pernah singgah-yang datang dengan semangat tapi pergi tanpa salam, kamu adalah satu-satunya yang tidak hanya mengetuk pintu, tapi membersihkan debu di ambang hatiku sebelum melangkah masuk.
Jika setiap senyum adalah mata uang, maka aku sudah kaya sejak mengenalmu. Jika hati adalah cangkir, kau adalah teh yang menenangkan setiap detak yang lelah, dan jika hidup adalah lagu, maka kau adalah nada yang berdiri dengan ikhlas - membuat semua terasa selaras.
Aku mencintaimu dengan sederhana yang rumit seperti kopi dengan sedikit gula; tak semua orang bisa menikmatinya, tapi untukku, rasanya sempurna.
Jika rasa syukur bisa memilih satu nama untuk dibisikkan setiap pagi, itu akan selalu, selalu kamu.
Dan jika aku diberi satu kesempatan untuk menamai ulang segalanya yang indah di dunia, aku akan memilih namamu sebagai padanan dari kata "bahagia." Denganmu, kata "ragu" perlahan menjauh, namun terlihat "kepercayaan" berbaris rapi melambaikan tangan kepadaku-seolah ingin dijabat, ingin dikenal, kian menetap.
Dan jika dunia bertanya apakah aku mau mengulang lagi? aku akan mengangguk cepat, aku tetap ingin bertemu kamu-dengan cara yang sama, di waktu yang sama, hanya agar bisa bersyukur dengan cara yang lebih manis lagi.
Image Source : Pinterest