Di sudut yang paling sepi, aku berdiri diam, menyembunyikan diri dari pandanganmu. Di sini, di balik bayang-bayang yang tak kau sadari, aku mengamati setiap gerakanmu. Kau berdiri dengan senyum yang lebar, mata yang berbinar, dan langkah yang mantap, seolah-olah dunia berada dalam genggamanmu seolah-olah tak pernah ada luka yang sempat menghiasi perjalananmu.
Aku tidak menyapamu, tidak memanggil namamu,tidak pula berusaha menghampiri. Bukan karena aku tidak ingin, tetapi karena aku takut. Aku takut jika kau menatapku, kau akan melihat jejak-jejak luka yang masih tertinggal, luka yang pemah kau gores tanpa kau sedari ataupun luka yang pernah kugoreskan. Jadi, aku memilih untuk memperhatikanmu dari jauh.
Dari tempat di mana kau tidak bisa melihatku, tidak bisa merasakan kehadiranku. Dari tempat di mana aku bisa leluasa mengagumi senyummu tanpa perlu khawatir kau akan menghilangkannya saat melihatku Setiap kali melihatmu tertawa lepas bersamat eman-temanmu, aku tersenyum kecil. Ada rasa lega yang menyusup ke dalam dadaku, mengetahui bahwa kau baik-baik saja. Bahwa meski kisah kita sudah menjadi masa lalu yang tak lagi ingin kau kenang,hidupmu tetap berjalan seperti yang seharusnya.
Satu-satunya harapan yang kupunya hanyalah melihatmu berhasil, melihatmu bahagia, meski kebahagiaan itu tidak lagi menyertakan namaku di dalamnya. Sambil memperhatikanmu, aku bergumam pelan dalam hati,
"Kamu baik-baik saja, ya? Kamu berhasil, ya?"
Kata-kata itu mengalir tanpa bisa kutahan, seolah-olah aku sedang berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa keputusanmu untuk pergi adalah hal yang tepat. Bahwa dengan kepergianmu, setidaknya satu dari kita bisa tetap tersenyum tanpa beban.
Aku menyadari, tidak semua perasaan harus diungkapkan, tidak semua rindu harus disampaikan. Adakalanya cinta hanya diam, cukup diam, tanpa perlu diakui, tanpa perlu diperjuangkan. Seperti yang kulakukan saati ni - mencintaimu dalam keheningan, merindukanmu dalam diam, dan mendoakan kebahagiaanmu dari kejauhan, Mungkin inilah caraku untuk mencintaimu untuk saat ini.
Dengan cara mengagumimu dari jauh walaupun sudah tidak menjadi bagian dari ceritamu lagi. Dengan cara mengucapkan selamat tinggal tanpa perlu mengatakannya secara langsung.
Aku tidak menyapa, tidak menegur, tidak mencoba mendekat. Aku hanya berdiri di sini, di tempat di mana kau tidak akan pernah tahu keberadaanku.
Dari sini, aku akan terus memperhatikanmu, terus menyemangatimu dalam hati, dan terus mendoakan kebahagiaanmu.
Dan suatu hari nanti, ketika aku sudah benar-benar siap untuk melepaskan, aku akan pergi dari tempat ini. Tapi sampai saat itu tiba, biarkan aku tetap di sini.